Sering dengar kata JULID? Yes, julid itu mungkin bisa diartikan komentar yang tanpa dasar diberikan kepada sesorang yang mungkin kurang disukai. Ibu-ibu pun kadang suka julid kepada sesawa kawan sejawatnya. Atau antar adik kakak pun demikian.
Julid kalau menurut saya itu konotasi dari kritik positif. Mungkin maunya orang yang di"julid"i lebih baik lagi tapi dengan bahasa yang tidak enak dan di muka umum.
Sebenarnya kritik-mengkritik itu sah-sah saja, tapi pasti ada adabnya. Mungkin bagi yang mengkritik enak saja dan mengalir begitu saja, tapi untuk yang dikritik perlu mempersiapkan hati untuk mendengarkannya dan memperbaiki.
Saya pernah mendapatkan omongan tidak menyenangkan dari kakak ipar tentang pakaian saya. Entah gimana awalnya, dia bilang kalau saya pakai pakaian hitam seperti teroris. Mana jilbabnya lebar, pakai gamis pula. Astaghfirulloh... Ngelus dada sebenarnya. Untuk saya cuman bisa senyum. Ingin saya utarakan mengapa saya suka memakai pakaian hitam, tapi untuk apa. Kalaupun dia tabayyun dulu mungkin saya akan bilang bahwa alasan saya memakai pakaian hitam karena saya suka warna hitam dan untuk kamuflase supaya tidak terlihat gemuk. Hehehehe...
Oke, dari kejadian-kejadian yang saya alami dan saya amati, sebnarnya julid tak perlu terjadi. Karena julida itu kritik dengan cara negatif, maka akan kita ubah menjadi kritik positif. Adab mengkritik:
- Sebelum mengkritik alangkah baiknya tabayyun terlebih dahulu. Apakah perbuatan yang dilakukan tersebut memang benar dilakukan dan dimaksudnya demikian. Kalau itu tidak, berarti berita yang tersiar bisa menjadi fitnah.
- Lakukan kritik dengan sembunyi-sembunyi. Maksudnya jangan di muka umum. Karena siapa tahu kritik yang kita utarakan itu berhubungan dengan aibnya dan kita sendiri pun wajib menjaga aib saudara kita.
- Lakukan dengan bahasa yang halus, tanpa menghakimi. Mungkin bisa diawalai dengan pujian terlebih dahulu baru inti kritiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar